Mobil Listrik vs Mobil Hidrogen Siapa Raja Baru Dunia Otomotif
Pertarungan teknologi energi bersih dalam industri kendaraan modern
Tren dan Data Pasar Saat Ini
Pasar mobil listrik atau Battery Electric Vehicles (BEV) mengalami pertumbuhan paling cepat dibandingkan teknologi kendaraan ramah lingkungan lainnya. Laporan International Energy Agency (IEA) dalam “Global EV Outlook 2025” menegaskan bahwa ekosistem mobil listrik sudah matang, terutama dari segi infrastruktur pengisian yang semakin luas dan mudah diakses.
Sementara itu, pasar mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicles (FCEV) justru melemah. Data semester pertama 2025 menunjukkan penurunan penjualan global hingga sekitar 27%, menjadi hanya sekitar 4.102 unit.
Menariknya, analisis International Council on Clean Transportation (ICCT) menyebutkan bahwa mobil hidrogen dapat menghasilkan emisi siklus hidup lebih rendah daripada mobil listrik jika hidrogen yang digunakan benar-benar berasal dari energi terbarukan.
Dengan kata lain, mobil listrik unggul dalam adopsi pasar, namun hidrogen masih menyimpan potensi besar apabila rantai pasok energi hijau berkembang lebih cepat.
Teknologi dan Infrastruktur: Kelebihan dan Kekurangan
Mobil listrik memanfaatkan baterai dan motor listrik, dengan pengisian daya yang dapat dilakukan di rumah atau di berbagai stasiun publik yang kini semakin banyak ditemukan. Teknologi ini efisien, tenang, dan minim emisi saat digunakan.
Tantangan utamanya adalah waktu pengisian yang masih lebih lama dibandingkan pengisian hidrogen, ditambah isu lingkungan terkait bahan baku baterai seperti lithium dan cobalt. Sebaliknya, mobil hidrogen mengubah hidrogen menjadi listrik melalui sel bahan bakar, dan hanya menghasilkan uap air sebagai emisi langsung.
Kelebihan besar hidrogen terletak pada proses pengisian yang cepat, serta jarak tempuh yang bisa menyamai mobil bensin. Namun, infrastruktur hidrogen jauh tertinggal. Sebagai contoh, sementara ada puluhan ribu stasiun pengisian listrik di Inggris, stasiun hidrogen hanya belasan. Selain itu, produksi hidrogen hijau masih mahal dan belum masif secara global.
Emisi, Dampak Lingkungan, dan Biaya Kepemilikan
Isu lingkungan menjadi faktor penentu dalam persaingan teknologi ini. Mobil listrik tidak menghasilkan emisi knalpot, tetapi proses produksi baterai dan sumber listrik yang masih bercampur energi fosil di beberapa negara menimbulkan jejak karbon tidak langsung.
Sementara itu, mobil hidrogen berpotensi menjadi pilihan paling bersih jika menggunakan hidrogen hijau. Namun kenyataannya, sebagian besar hidrogen yang diproduksi saat ini masih berasal dari gas alam.
Dari sisi biaya, mobil listrik semakin menarik karena biaya pengisian listrik cenderung lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil, dan pemeliharaan lebih simpel karena tidak memiliki sistem mesin pembakaran. Mobil hidrogen masih memiliki biaya operasional dan perawatan tinggi, terutama akibat keterbatasan pasokan dan infrastruktur.
Perkembangan Pasar dan Tantangan Utama
Walaupun teknologi hidrogen memiliki potensi jangka panjang, berbagai produsen mulai meninjau ulang investasinya. Beberapa pabrikan bahkan menghentikan program kendaraan hidrogen tertentu pada tahun 2025.
Selain itu, jumlah kendaraan yang sedikit membuat biaya riset, produksi, dan pengembangan infrastruktur tetap tinggi. Di sisi lain, meski mobil listrik terus berkembang, beberapa pasar menunjukkan tanda perlambatan, seperti Australia yang mencatat penurunan penjualan mobil listrik pada kuartal pertama 2025.
Ini menunjukkan bahwa industri otomotif ramah lingkungan sangat dipengaruhi regulasi, ketersediaan insentif, dan daya beli konsumen. Walaupun demikian, skala adopsi global tetap menempatkan mobil listrik jauh di depan dibanding hidrogen dalam kategori kendaraan penumpang.
Mana yang Akan Menang?
Jika berbicara tentang penguasa industri otomotif energi bersih untuk saat ini, mobil listrik adalah pilihan paling jelas. Infrastruktur yang berkembang pesat, biaya kepemilikan yang lebih rendah, serta penjualan yang terus meningkat menjadikan mobil listrik sebagai pemimpin pasar.
Namun, mobil hidrogen tidak bisa dianggap remeh. Teknologi ini sangat menjanjikan untuk kendaraan berat seperti truk dan bus, terutama di wilayah dengan potensi produksi hidrogen hijau besar.
Bukan tidak mungkin, masa depan transportasi ramah lingkungan akan menempatkan kedua teknologi berjalan berdampingan: mobil listrik untuk kebutuhan pribadi dan kota, sementara hidrogen mendominasi sektor logistik dan transportasi jarak jauh.
Dengan demikian, meski mobil listrik saat ini memegang mahkota, potensi hidrogen tetap terbuka lebar jika tantangan infrastruktur dan biaya dapat teratasi.



Komentar
Posting Komentar